Aku dan teman spesial anak-anakku

"Mbak, gimana waktu anak-anak lo punya pacar? Cerita ke elo gak?" Demikian pertanyaan sahabatku Yusi suatu kali. Anak tertua Yusi -Nissa- baru lulus SD. Pertanyaan Yusi itu tidak pernah terpikir olehku sebelumnya. Aku tidak pernah mempersiapkan diri bahwa suatu kali tiba saatnya anak-anakku akan jatuh cinta; pun aku tidak juga menyiapkan diri bahwa anak-anakku akan cerita padaku tentang teman spesial mereka. Semua kegiatan aku lalui sebagai kegiatan rutin, menyita waktu dan tenagaku, mengalir bahkan waktu berlalu dengan sangat cepat sampai-sampai tidak terasa aku bertambah umur dan anak-anak beranjak dewasa.

Aku tahu dan kenal dengan teman spesial ke dua anak tertuaku. Mereka tidak cerita detil; walaupun sebagai manusia dengan keinginan dasarnya pasti aku mau tahu. Secara garis besar aku tahu dan kenal teman spesial mereka, sekolah dimana dan tinggal dimana. Aku juga 'friend' facebook teman-teman spesial mereka dan kami ada juga berbalas pantun di twitter. Boleh saja anggap aku sok akrab, tapi menurutku kalau kita tidak mendekat pada mereka sementara aku jauh lebih tua, bagaimana teman spesial anak-anakku bisa dekat? 

Hubunganku dengan anak-anakku sangat akrab. Sebelum melaksanakan homeschooling, akulah 'supir' yang mengantar jemput sekolah dan pergi ke kegiatan-kegiatan mereka. Saat homeschooling jadi lebih dekat lagi karena aku di rumah bersama ke tiga anak-anak kami. Saat itulah nilai-nilai kebijakan kehidupan ditanamkan. Begitupun selera musik, film,  berita terkini, fesyen, kuliner, HAM, budaya, sosial dan lain-lain dibarter. Di waktu-waktu itulah pertukaran ilmu yang mereka tahu dengan ilmu yang aku tahu terjadi. Aku sangat menikmati saat-saat itu dan sekarang saat dua terbesar anakku sudah pergi dari rumah untuk kuliah di kota lain, aku sangat merindukan golden moments bersama anak-anak. 

Rome was not built in one day. Segalanya perlu waktu. Kedekatan orang tua pada anak-anak dibangun sejak mereka bayi terus sampai saat mereka menikah kelak. Aku merasa bersyukur ketika anak-anak mengadu atau melapor baik lewat SMS, DM twitter atau telepon dan berkata: "Bu, aku putus!" "Bu, aku lagi deket sama seseorang nih." "Bu, pacarku ulang tahun. Beliin apa ya?" Laporan anak-anakku juga alarm pengingat bagiku bahwa walaupun mereka anak-anakku; aku tidak boleh terlalu mencampuri urusan pribadi mereka. 

Jadi untuk menjawab pertanyaan Yusi, aku hanya memintanya untuk tetap dan selalu dekat pada anak-anaknya dengan segala batasan-batasannya sebagai orang tua. Pahami ilmu dengan terus belajar dan selalu doakan anak-anak dengan meminta perlindungan padaNya. Insya Allah -tanpa berkata bahwa apa yang lakukan sudah betul karena sampai sekarangpun proses belajarku masih terus berjalan- seperti lagu Bondan Prakoso; everything's gonna be okay. ;-)



Gambar:
http://adhimaswijaya.wordpress.com/2010/06/27/hihihi-cara-mutusin-pacar-lewat-telp/

Comments

Popular Posts