Kecurangan Saat Ujian Nasional? Ini Pengalaman Ujian Kesetaraan Anak Homeschooling Kami

Menyaksikan acara Kick Andy pada tanggal 13 Maret 2015 yang menampilkan cerita tentang pemuda hebat Andri Rizki Putra, pendiri  Yayasan Pemimpin Anak Bangsa, yang pada saat SMP pernah protes pada sekolahnya dengan melaporkan kecurangan sekolah ini ke banyak institusi di antaranya KPK karena tindak ketidakjujuran yang secara sistematis dilakukan pihak sekolah saat ujian nasional; pikiranku melayang pada pengalaman anak kami Amira saat mengikuti ujian paket B setara SMP di salah satu PKBM di kota kelahirannya. Di hari pertamanya ujian dia pulang dengan marah dan berkata pada kami bahwa dia tidak mau melanjutkan ujian lagi di keesokan hari. 


Pengalaman ini adalah pengalaman pertama kami sebagai orang tua anak homeschooling mengikutsertakan anak di ujian kesetaraan. Aku merasa beruntung karena mengajar bahasa Inggris di salah satu lembaga kursus bahasa Inggris terbesar di Indonesia, aku cukup mengenal beberapa guru sekolah umum, terutama guru tingkat SMP dan SMA, yang dapat ditanya tentang info ujian kesetaraan. Salah satu kenalan menyarankan untuk tidak usah repot-repot datang ke Dinas Pendidikan di kota kami, karena sebagian besar dari mereka juga tidak mengetahui info tentang ujian kesetaraan. Akhirnya memang aku percaya saja pada kenalan tersebut karena yang bersangkutan adalah guru senior di salah satu SMA Negeri, dan sudah mengajar lebih dari dua puluh tahun saat itu. Darinya pula kami mendapat informasi di mana dan kepada siapa kami harus mendaftarkan Amira untuk ikut ujian kesetaraan paket B.

Saat itu tahun 2008. Kami datang ke rumah orang yang direferensikan oleh kolegaku di tempatku mengajar untuk mendaftarkan Amira. Mengapa ke rumah dan bukan ke PKBM tempat ujian berlangsung? Itu pula yang disarankan oleh kolegaku. Segala persyaratan diserahkan. Saat ditanya berapa biayanya, disebut uang sejumlah Rp.200.000 (dua ratus ribu Rupiah) yang sampai semua urusan selesai kami tidak pernah menerima kuitansi atau bukti pembayaran apa pun. 

Ujian dilaksanakan selama tiga hari dengan mengerjakan tujuh mata pelajaran, dilakukan di siang hari di jam pulang sekolah sampai sore hari. Ujian dilaksanakan di sebuah SD di mana PKBM dilaksanakan di sore dan malam hari. Aku menyempatkan diri untuk mengantar Amira ke tempat ujian, lalu dia kutinggal karena aku harus mengajar di sore hari itu, dan Amira pulang berkendaraan umum. Di hari pertama aku sempat melihat ruangan ujian dan peserta ujian. Aneka ragam usianya, ada beberapa anak berseragam SMP yang mungkin tidak lulus di ujian nasional di sekolahnya masing-masing, ada juga yang sudah berumur yang mengenakan baju bebas seperti juga Amira saat itu. Amira satu-satunya peserta dari jalur homeschooling sementara peserta tidak berseragam lainnya mungkin yang terdaftar di PKBM tempat ujian berlangsung. Aku sempat berbicara sebentar dengan bapak yang aku datangi rumahnya untuk mendaftarkan Amira. Beliau banyak bertanya soal homeschooling yang masih asing untuknya.

Di hari pertama itulah Amira memperlihatkan ekspresi wajah tidak senang saat kutanya tentang ujiannya. Amira bahkan berkata dia tidak usah saja melanjutkan ujian itu. Tentu saja kami kaget. Saat ditanya mengapa, keluarlah ceritanya. Di saat ujian para peserta ujian tidak seperti dalam suasana ujian di mana biasanya peserta tenang dan konsentrasi mengerjakan soal. Mereka bebas ngobrol dengan sesama peserta. Kehadiran pengawas tidak diindahkan mereka, bahkan pengawas seperti maklum saja. Amira merasa aneh, tapi dia terus saja mengerjakan soal yang menurutnya tidak sulit. Yang sangat mengagetkannya, di tengah waktu ujian, tiba-tiba pengawas meminta perhatian para peserta ujian. Pengawas bertanya apakah peserta ujian ingin lulus. Lalu sepertinya sebagian besar peserta ujian seperti sudah paham apa yang akan dilakukan pengawas ujian: memberi jawaban ujian! Amira sungguh kaget dan marah, tapi tidak berdaya.

Kami pun sungguh kaget dengan cerita Amira itu. Tidak tahu apa yang harus kami perbuat, kami hanya mengatakan bahwa hal-hal buruk terjadi, tapi kita tidak boleh ikut hanyut. Amira mengiyakan. Bahkan katanya, ketika pengawas membacakan jawaban ujian yang memang semuanya pilihan ganda itu, dia sama sekali tidak berniat mendengarkan karena dia ingin ujian murni atas hasil usahanya sendiri. That's our girl. Kami bersyukur, bangga, bahagia. Pemberian jawaban ujian berlangsung di semua mata pelajaran yang diujiankan, dan berlangsung di keseluruhan tiga hari ujian! Luar biasa!

Betapa menyedihkannya praktek kecurangan ini. Ujian hanya semata satu formalitas belaka, dan pendidikan direndahkan sedemikanrupa sampai ke titik nadir, yang kotor dan berbau busuk seperti air comberan. Nilai-nilai yang akan disampaikan pada siswa adalah nilai-nilai instan, nilai-nilai jalur cepat tanpa kerja keras, nilai-nilai kebohongan, yang justru bertolak belakang dari sisi kejujuran, penghargaan pada kerja keras, dan menjunjung tinggi arti mendidik dan belajar sesungguhnya. Aku menjadi sangat amat bersyukur telah menempuh jalur homeschooling yang sebetulnya sungguh berliku dan penuh dengan ketidakpastian karena tidak adanya keberpihakan dari pemerintah, tapi sekaligus jalur yang sangat mandiri, sangat mencerahkan, sangat banyak pilihan.

Sebagai orang tua dan guru aku sangat amat mengharapkan peran orang tua dan guru lain untuk selalu mendengarkan cerita, curahan hati, dan keluhan anak atau murid mereka. Biarkan anak dan murid dengan segala kepolosannya -dan mungkin bagi orang dewasa terdengar kebodohannya- mengeluarkan pendapat. Saat mereka mengkritisi kita atau satu masalah, itulah saatnya untuk diskusi agar pikirannya terbuka, itulah saatnya untuk anak atau murid belajar berpendapat yang mungkin di tingkat pemula terdengar kurang sopan, kurang pandai berargumentasi karena masih miskin pengalaman, itulah saatnya untuk saling belajar, karena menurutku anak-anak dan murid-murid itu adalah guru yang sesungguhnya bagi kita-kita orang dewasa. 

Comments

My Music said…
Ealaaah.. makanya gak heran negeri diwakili oleh orang2 yg bisanya cuma korupsi. Sejak dr kecil sudah dirusak secara sistematis begitu mentalnya. Naudzubillahimindalik!
Moi Kusman said…
Ya begitulah. Sedih dan marah kita dibuatnya kan? :-(
bru said…
hai. salam kenal ya..
hmm,,sedih dan gemes saat membaca kisah ananda. dan entah kenapa saya ikut bangga membaca saat ananda tidak hanyut dalam sistem kecurangan nilai Ujian, mungkin karena saya juga ingin moral bangsa ini lebih baik dimulai dari kita dan anak-anak kita. ^^
lalu bagaimana hasil ujiannya?
Moi Kusman said…
Ujiannya alhamdulillah baik. Amira malah sudah selesai S1 dan sedang menunggu apakah aplikasi beasiswa S2nya diterima atau tidak. Kami berdoa & mohon doanya juga ya. Terima kasih atas segalanya, juga sudah baca blog saya. Salam kenal kembali.
Elsye said…
Halo Ibu Moi...;)

Salam kenal, saya Elsye salah satu ibu dari anak2 homeschooling. Kebetulan anak-anak saya HS mulai sekolah dasar, sekarang sudah mau SMU. Saya sempat bertemu ibu disalah satu seminar HS di Museum Mandiri.

Saya ingin bertanya apakah kesulitan untuk UN SMU nya Bu ? karena saya sendiri masih bingung untuk memilih UN SMU dengan umbrella school atau paket C.

Terima Kasih
Elsye ;)
Unknown said…
Assalamualaikum... boleh tida saya meminta alamat email ibu? Saya ingin menayakan sesuatu yg berhubungan degan homeschooling.... saya plajar sma kelas 10
Moi Kusman said…
wimurti.kusman@gmail.com

Popular Posts