Tidak Lagi Empat Sehat Lima Sempurna, Sehat Itu Tidak Mahal

Buatku mengajar itu menyenangkan karena aku dipaksa -tapi dengan sangat suka rela- untuk selalu menambah ilmu, menambah wawasan yang berguna bukan saja dalam pengetahuan teknis untuk mengajar yang baik, tapi juga ilmu lain yang topiknya dibahas dalam bab-bab di buku yang dipakai di kelas. Salah satunya yang aku perhatikan adalah gejala pola jajan murid-murid setingkat SD, SMP, dan SMA. Saat break, atau sebelum kelas dimulai, aku perhatikan apa yang mereka beli di kantin, apa yang mereka bawa untuk dimakan di dua waktu makan, juga memperhatikan bagaimana terlihat unfit-nya mereka, kelebihan berat badan tapi masih makan minum dengan kandungan gula tinggi, kalau mereka cenderung kurus maka asupan makan dan minum mereka jauh lebih tidak hati-hati lagi. Sepertinya ini memang bawaanku sebagai seorang emak-emak yang cenderung nyinyir kalau lihat anak-anak makan tidak sehat. Bodo ah. :p

Kenyinyiranku ini tidak hanya terbatas pada saat topik di buku tiba pada masalah kesehatan, tapi juga tiba-tiba spontan pada saat melihat di TKP dan langsung akan mengkritisi pilihan makanan dan/atau minuman mereka. Yang sangat menohok diriku adalah saat membahas topik kesehatan dan/atau makanan di buku yang dipakai belajar di kelas: betapa banyaknya yang masih percaya pada Empat Sehat Lima Sempurna di mana "pendewaan" pada susu masih begitu tinggi. Punya tiga anak dan merasakan bagaimana harus memenuhi kebutuhan gizi anak-anak dengan cara membaca referensi kesehatan, parenting, menonton tayangan di saluran ilmu pengetahuan, mencoba lalu salah, jatuh terantuk lalu bangun, membuatku makin percaya bahwa Tuhan Yang Maha Baik telah memberi banyak dan sangat bermurah hati pada kita semua tanpa kita harus merogoh kantong dalam demi pemenuhan gizi tersebut.

Tidak perlu kecewa tidak bisa beli susu, dan tidak perlu lebay bohay -apa pun artinya itu, bilang kerja keras buat cari susu buat anak. Buatku yang bukan pakar kesehatan ini sih anak perlu diberi ASI eksklusif enam bulan, lalu dilanjutkan ASI ibu secara penuh sampai minimal usia dua tahun. Selesai urusan susu! Jadi yang harus diperjuangkan adalah bagaimana agar ASI diproduksi. Selanjutnya biasanya sih aku cerita soal produser susu di Indonesia yang kog kebetulan hampir semua adalah produser manca negara. Tanya kenapa? Ada apa dengan mereka yang ingin menguasai kita? Dan kog kebetulan aku baca twitternya Erikar Lebang dengan tagar #kibulansusu yang kurang lebihnya -banyakan lebihnya sih, aku amini.

Walau pun aku mengajar bahasa Inggris, di akhir pembahasan aku memutar video dari Tedx di acaranya di Jakarta yang mengundang atlet binaraga dan pesohor di bidang kebugaran Ade Rai sebagai pembicara. Aku senang bisa "menghadirkan" tokoh teladan seperti Ade Rai di kelas, karena murid-murid dan kita semua butuh keteladanan dari orang Indonesia yang masih ada di sekitar kita, yang ironisnya akhir-akhir ini sedikit gersang kering kerontang. Video Ade Rai itu berjudul Towards A Strong And Healthy Indonesia, direkam tahun 2010 dan masih sangat akurat sampai detik ini.



Harapanku sama dengan harapan Ade Rai, agar orang dan anak-anak Indonesia sadar kesehatan supaya hidup mereka lebih berarti, dan bisa ikut menyumbang pada kemaslahatan banyak orang. Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan dan kebugaran karena kesehatan adalah salah satu bentuk kekayaan yang harus dicari dan dipertahankan. 

Comments

Anonymous said…
Saya juga paling sebel kalau dengar ada orang yang bilang "kerja keras untuk beli susu anak". Memangnya kalau anak udah nggak minum sufor terus dia nggak kerja gitu?
Keren mbak! Teruslah berbagi di manapun mbak berada!
Moi Kusman said…
He3x. Terima kasih sudah mampir ya. ;-)
Moi Kusman said…
Insya Allah, Ratna. Suwun sudah mampir & baca. <3
Unknown said…
Suatu isu global bagi para vegan.
Silahkan baca buku para pakar vegan seperti : "China Study" dari Prof. T. Collin Campbell atau "Hidup Bebas Tanpa Diabetes" dari Neal Barnard, MD., dimana kesehatan masyarakan dikendalikan & ditentukan oleh perusahaan2 raksasa dibidang food, termasuk persh. susu. Disitu diceritakan bagaimana persh food raksasa di amrik mempengaruhi kelompok2/organisasi kedokteran, kesehatan, anggota2 eksekutif & legislatif bahkan membuat organisasi kedokteran & kesehatan tandingan untuk menguatkan iklan/promosi2 mereka bahwa makanan produk mereka adalah bai dengan membuat promosi secara masif.
Moi Kusman said…
Thanks sudah mampir, Dhen. Kalau lihat film Supersize Me dan Sicko memang eksekutif & legislatif Amrik berdiri di kaki perusahaan besar itu. Sebel. :-(

Popular Posts