Jakarta Kids Triathlon DSJ 2015, Pengalaman Perdana Untuk Fattah

Fattah terdaftar!
Ketika temanku Shanty Syahril mengajak Fattah untuk bersama-sama putranya Kaysan dan Bagas putra dari Fadjar Satyani ikut satu ajang triathlon, tepatnya Jakarta Kids Triathlon, aku sangat bersemangat. Perasaanku ini bertambah senang karena saat kucerita pada Fattah, ia juga senang dan semangat. Fattah senang karena ada Kaysan menempuh suatu hal yang akan menjadi petualangan pertamanya. Fattah, tentu saja kenal dengan Kaysan. Sama-sama anak yang tidak sekolah alias homeschooling dipertemukan karena aku dan Shanty dipertemukan, pertama lewat facebook, lalu lewat pertemuan rutin anak-anak kami. Dengan Bagas belum kenal. Dekat dengan Kaysan? Hm, rasanya biasa saja. Bertemu paling tidak di kegiatan Pramuka dua minggu sekali atau lebih kalau ada kegiatan bersama lain. Fattah berinteraksi lebih banyak dengan teman-teman penyuka Minecraft, setiap hari, kadang berjam-jam. Senang juga aku karena Fattah akan berkegiatan dengan anak lain buat ganti suasana. Fattah ternyata juga senang; reaksi umum anak-anak kalau ada teman dalam satu kegiatan, baik ia dekat, mau pun sekedar kenal begitu saja.


Acara 24h Schwimmen
di -saat- itu DIS
Deutsche International Schule
Fattah dan kakak Amira ikut 24h Schwimmen.
Yang menyenangkan tentang triathlon kali ini, penyelenggaranya adalah DSJ -Deutsche Schule Jakarta yang berlokasi di BSD -Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan. Punya teman baik, dulu sesama orangtua homeschooling, yang mengajar di sekolah tersebut, dulu namanya DIS -Deutsche International Schule- setahun lebih yang lalu pernah mengadakan acara amal untuk korban badai di Filipina, dengan tajuk "24h Schwimmen." Yang seru, Fattah dan Amira berkesempatan ikut ajakan Ines temanku, karena tujuan kala itu memang donasi ditentukan dari banyaknya peserta yang berenang. Semoga ini 24h Schimmen dan Jakarta Kids Triathlon DSJ ini adalah dots yang akan di-connect Fattah kelak. Fattah dan Jerman. Fattah ingin sekali kuliah di Jerman. Jadi "kembali" ke sekolah itu juga salah satu yang membuat Fattah semangat. Fattah sudah tahu bagaimana kolam renangnya, bagaimana kamar mandinya, bagaimana kamar gantinya, bagaimana sekolah itu, bahkan lebih tahu dari aku sendiri, karena saat ikut 24h Schwimmen, aku sedang pelatihan dan Fattah hanya didrop untuk kemudian bermalam di rumah tante Ines. Untuk kepentingan acara triathlon ini, Ines juga salah satu yang ikut rapat technical meeting. Panitia yang sering menghubungiku via surel adalah Alexander Hauschild yang surelnya sangat detil ke bagian terkecil. Senangnya melihat panitia yang peduli.

Hal pertama saat di rumah, yang kami lakukan adalah membuka album foto facebook milik kemenakan kami. Ketika kecil atlet renang, keponakan kami sekarang sudah menikah, masih melanjutkan hobi berkegiatan luar bersama istri dan anak-anaknya. Renang, ikut lomba lari, naik gunung, mengunjungi situs-situs bersejarah, triathlon, menyelam, apa pun. Sudah sampai tahap yang cukup serius karena kulihat mereka bisa saja terbang jauh dalam rangka melakukan kegiatan yang mereka sukai itu.

Hal berikut, buatku, menghubungi Sari, istri kemenakanku itu, tentang bagaimana pola latihan anak-anak mereka sebelum hari-H triatlon. Sambil menunggu Sari menjawab pertanyaanku via sosial media, aku dan Fattah mencari-cari youtube hal-hal tentang triathlon, yaitu apa yang diperlukan di tritathlon pertama, tips untuk triathlete pemula, apa & bagaimana saat transisi antara dua kegiatan, dan beberapa youtube lainnya yang masih seputar tiga hal di atas. Yang aku tautkan adalah video youtube yang benar-benar kami tonton saat itu. Ada beberapa lainnya, tapi yang berkesan yang aku tautkan. Mungkin masih banyak lagi yang bagus dan informatif, tapi itulah keadaannya.

Saat Sari akhirnya menjawab pertanyaanku. Karena bersekolah di sekolah dengan fasilitas lengkap, sekolah membuat jadwal bertahap. Misalnya hari ini latihan renang plus lari. Hari lain lagi sepeda plus lari. Hari lainnya renang, lari, renang lagi. Hari lainnya lari, sepeda, lari. Baru setelah beberapa kombinasi beberapa hari seperti disebut sebelum ini, dibuat simulasi race seperti yang akan dilombakan. Lalu diajarkan bagaimana transisi yang efektif, bagaimana barang harus disusun berdasarkan urutan pemakaian. Wah, jadi seperti ada pelatih ya, sementara kami? Ah, tidak boleh ada keluhan. Akhirnya kami membuat jadwal latihan sendiri yang tidak terlalu serius karena kami tidak bisa memanfaatkan kolam sebagai starting point latihan, tapi kami usaha menyelaraskan dua kegiatan, terutama sepeda lalu lari.

Lomba triathlon ini akhirnya mempercepat kami membelikan kembali sepeda untuk Fattah karena sepeda yang sebelumnya, belum berumur setahun, dicuri orang! Sepeda sebelumnya adalah hadiah ulangtahun Fattah seperti yang pernah aku cerita di sini. Sedih, karena setiap pembelian di rumah kami, pertimbangannya selalu panjang dan berliku. Mengapa membeli merek A dan bukan B. Mengapa sepeda A model AA bukan model yang lain. Mengapa sepeda harus dibeli, dari mana dananya, dan lain-lain. Hilang dicuri sudah jadi jalannya. Semoga yang mencuri mendapat kebahagian dengan hasil curiannya karena berguna untuknya satu atau lain hal. 
Sepeda Polygon di depan DSJ.
Beruntung, tiba-tiba datang surel dari Alex mengatakan atas permintaan orang tua, panitia menyelenggarakan trial triathlon. Yipee, syukurlah. Trial ini dilaksanakan dua minggu sebelum hari-H lomba, yaitu tanggal 6 September. Kami semangat. Pengumuman adanya trial dan hari pelaksanaannya cukup singkat. Beruntung masih bisa ikut daftar karena peserta sangat terbatas. Kami semangat. Tambah semangat lagi karena ternyata Kaysan dan Bagas juga bisa ikut. Seperti biasa surelnya selalu penuh detil, bahkan kami diberi tanda parkir untuk dipasang di mobil agar petugas keamanan di sekolah Jerman yang memang ketat itu, tahu bahwa kami peserta trial triathlon. 
Tanda parkir trial kids triathlon
untuk dicetak.  
Lagi-lagi lomba ini memaksa kami untuk mencari bike carrier. Setelah survey kilat sana sini dengan cara datang ke toko sepeda di Cilegon yang tentu saja adanya cuma satu macam karena cuma ada satu toko sepeda besar di sana, juga tentu saja melipir ke kaskus dan olx.co.id, akhirnya kami berjodoh dengan yang di tempat jualan daring terakhir. Kami mendapat harga yang menurut kami pantas untuk satu bike carrier yang mereknya memang sudah kami tuju. Janjian jumpa pun dilaksanakan sehari sebelum hari trial. Semua indah pada saatnya, pada saat-Nya.
Bike carrier inilah yang berjodoh.
Saat mendaftar untuk triathlon ini, aku tercenung dan merasa beruntung karena Fattah terdaftar di klub renang Krakatau Atlantik sejak umur 5 tahun. Walau pun beberapa tahun terakhir ini Fattah selalu menolak kalau ada pertandingan, paling tidak dia masih tiga kali seminggu latihan di hari kerja -dari yang seharusnya lima kali karena dua hari lainnya Fattah ada kegiatan lain; dan sekali seminggu latihan fisik di hari Minggu. Jadi renang ribuan meter sudah biasa untuknya diawali dengan pemanasan sebelum latihan. Sudah mulai bosan agaknya, tapi sudah jadi komitmen kami seperti yang aku tulis di sini, bahwa olahraga itu salah satu keharusan. Aku sering mengingatkannya bahwa kakak bisa renang mewakili fakultas bahkan universitasnya, sepupunya juga demikian saat kuliah di Amerika Serikat. Olahraga itu seru. Kita dapat permainan, fun, dan badan yang sehat, plus bonus pengetahuan tentang makan sehat.

Dan hari trial triathlon pun tiba, Minggu 6 September 2015. Kami datang di awal
karena tidak mau tergesa-gesa, bisa sambil berfoto dulu, dan akhirnya tiba saatnya pengarahan dari Alex sang pengirim surel. Acara cukup cepat karena memang tidak keseluruhan pertandingan dicobakan. Urutannya tentu saja renang - sepeda - lari. Dan trial triathlon pun tiba. Datang di awal karena tidak mau tergesa-gesa, bisa sambil berfoto dulu, dan akhirnya tiba saatnya pengarahan dari Alex sang pengirim surel. Akhirnya berjumpa dan berkenalan dengan Bagas yang tetangga Kaysan. Fattah juga berkesempatan untuk berkenalan dengan Lino, yang ayahnya adalah teman ayah Kaysan. Pas betul semua lelaki. Bagas memang spesialis sprinter. Wah, Usain Bolt! Acara cukup cepat karena memang tidak keseluruhan pertandingan dicobakan walau pun tentu saja dimulai dengan renang, transisi 1, sepeda, transisi 2, lalu lari. Senangnya, camilan sebelum dan sesudah trial itu pas buatku: potongan semangka, pisang, dan air putih. Acara trial ini dapat makan siang. Untuk Bagas yang sudah 13 tahun, lebih enak makan di warteg atau warung Padang. Bagas memang sudah lebih besar dan memasuki tahap apa yang disebut makan kulkas, karena selalu lapar dan cari makanan di kulkas karena memang di usianya diperlukan banyak asupan untuk tumbuh. Dari trial ini kami jadi tahu apa yang kurang dibawa, apa yang harus dilakukan untuk membuat triathlon di hari-H nanti lebih sukses. 
Dua sahabat di trial triathlon.

What to do 1 week & 1 before the race. 
10 hari menjelang hari-H, surel Alex yang seperti biasa detil datang lagi dengan lampiran 16 halaman Race Guide untuk dipelajari dan untuk diperhatikan peserta apa yang dilakukan pada hari-H. Banyak pengingat di sana, tapi yang sering didengungkan Alex adalah agar tiba jam 5 pagi dan suasana akan gaduh serta hiruk pikuk. Seminggu setelah trial race kami diminta datang lagi untuk mengambil racepack yang berupa stiker untuk ditempel di sepeda, gelang untuk dipakai peserta, juga nama untuk dipasang di dada kaos yang dikenakan peserta saat sepeda dan lari. Surel Alex datang lagi mengingatkan orangtua agar beberapa hari menjelang lomba untuk duduk dan mendiskusikan apa yang ada di dalam Race Guide yang diharap untuk dicetak untuk dibahas bersama. 3 hari sebelum lomba, surel Alex datang lagi mengingatkan dari sisi kesehatan dan kebugaran, apa yang dilakukan seminggu sebelum, sehari sebelum, pada hari-H, dan sesudah selesai lomba. 2 surel terakhir Alex sebelum lomba adalah mengingatkan orangtua untuk mengecek sepeda dan apa yang dibawa untuk transisi 1 dan 2. No goggles no swimming. No helmet no biking. Tentang sepeda, diingatkan bahwa orangtua masih punya waktu mengunjungi tempat servis sepeda untuk memastikan sepeda dalam keadaan baik. Wah, betul-betul detil sekali. 
What to do on and after the race.


Surel Alex ini betul-betul intensif, sering, bertubi-tubi, namun sangat krusial buat pemula seperti aku. Memang di saat trial Alex sadar bahwa buat banyak peserta anak-anak ini adalah triathlon pertama mereka, jadi Alex ingin pastikan orangtua dan anak-anak betul-betul lengkap infonya. Ini yang membuatku mengacungkan dua jempol buat panitia. Ow ya, Alex juga membalas surel kalau diperlukan. Aku pernah menjawabnya dan dijawabnya kembali. Setelah lomba, surel Alex juga masih datang, memberitahukan tentang hasil lomba yang dapat diakses via daring di sini, tautan di mana foto-foto bisa dilihat, dan terakhir adalah lost and found lengkap dengan benda-benda milik peserta yang tertinggal!

Dan hari yang ditunggu pun tiba. Aku sempat demam dan tidak bisa apa-apa sebelum lomba, di hari-H memaksakan diri untuk hadir. Betul saja, jam 5 pagi lalu lintas sudah terhenti mengular cukup panjang menjelang sekolah Jerman. Sambil berjalan dengan limbung karena masih lemas, aku dan Fattah turun lebih dahulu untuk mengejar pemasangan chip -keren banget ini menurutku- dan penulisan body marking oleh panitia sementara Ican parkir dan akan bawa sepeda nantinya. Di sekolah Jerman sudah penuh orang. Di pintu masuk orang antri untuk mengambil chip, lalu diberi body marking nomor peserta di tangan dan kaki. Chip dipasang di kaki kiri. Selesai dan Ican masih belum datang! Bagaimana ini? Kami datang jam 05.15, jam 04.10 dari Cilegon memang tidak mengira akan sepadat ini padahal sudah diingatkan berulang kali oleh Alex. Sebetulnya karena masih sakit dan gemetaran, aku tidak mau bangun terlalu dini hari sekali, dan memang 1 jam cukup untuk sampai ke sekolah Jerman tapi kepadatan menjelang parkir sungguh tidak diduga. Padahal sepeda masuk terakhir jam 05:50 dan sesudahnya ditutup, yang artinya anak tidak bisa lagi ikut keseluruhan! Untunglah tak lama Ican datang sehingga sepeda bisa diparkirkan Kaysan dan Bagas sudah datang. Sementara Lino memang tinggal dekat BSD.

Jam 06.00 acara dimulai dari renang untuk Grup A. Ada lima grup, A, B, C, D, E yang ada. Fattah, Kaysan, dan Lino masuk di grup C, sementara Bagas masuk grup D. Di grup C Fattah harus renang 200m, lalu sepeda 4km, terakhir lari 2km. Fattah tidak mengalami kesulitan di renang. Dia renang gaya bebas yang sebetulnya membuatku cukup surprised karena gaya andalannya adalah gaya dada atau gaya katak. Rasanya Fattah belum tahu, dari beberapa kenalan teman-teman ayah Kaysan dan Shanty yang biasa dengan olah raga ini, aku baru tahu bahwa dalam triathlon memang sebaiknya renang dengan gaya bebas karena otot yang dipakai cocok untuk race berikutnya yaitu sepeda dan lari. Gaya dada boleh saja tapi akan berpengaruh pada otot yang akan dipakai di race berikutnya. Kalau jaraknya pendek mungkin tidak mengapa, tapi orang dewasa tentu tantangan berikutnya adalah Ironmen yang jaraknya ampun-ampun buat amatir. Saat sepeda, sayang Fattah kehilangan konsentrasi dan yang seharusnya 4 putaran, Fattah menyelesaikan dalam 5 putaran, 1 putaran ekstra. Saat lari aku lihat dia ada sedikit berjalan tapi selanjutnya lari terus sampai finish. 
Urutan Grup C.

Lega rasanya saat Fattah selesai. Satu pengalaman baru telah dilewati dan pasti satu dan lain hal akan berguna di masa depan kalau konsisten dilakukan. Hasilnya seperti yang ada di penguman daring. Fattah nomor 22 sementara Kaysan di 10 besar! Hebat. Well, kata pak Baron Pierre de Coubertain, bapak Olimpiade modern, "The essential thing in life is not conquering but fighting well. The important thing in life is not to triumph but to compete," "Yang utama dalam kehidupan bukan menaklukkan tapi berjuang dengan baik. Yang penting dalam kehidupan bukan untuk menang tapi untuk berkompetisi (dengan sehat)." 
Ini hasil keseluruhan. Fattah bersepeda 1km lebih jauh dari seharusnya.

Finish!
Lesson learned? Ungkapan berkata, "Rome is not built in one day," "Roma -yang di masa pra sejarah adalah salah satu kota terindah di dunia- tidak dibangun dalam satu hari." Pekerjaan kecil apa lagi besar dibangun dari kebisaan-kebiasaan kecil yang dibangun terus menerus tanpa henti, tanpa lelah, tanpa keluhan, karena cita-cita dan keinginan -apa pun itu- layak diperjuangkan dengan baik. Dengan triathlon Fattah jadi mengerti pentingnya goal, tujuan; pentingnya langkah dan strategi mencapai goal itu; pentingnya komitmen pada latihan yang mendukung cita-cita; dan sadar bahwa mencapai keinginan kita pasti ada aral dan lintangan yang menggoda tingkat fokus kita. Salah satu keinginan jadi Ironman? Mengapa tidak?
Bagas, Lino, Kaysan, Fattah, dengan kaos dan medali sebagai finishers. Kalian semua juara!



Comments

Popular Posts