Apa Yang Kami Dapat Dari Menyimak Webinar "How to Prepare Your Bachelor Studies in Germany?" Oleh DAAD Indonesia

Gambar di ambil dari sini
Mengapa Belajar di Jerman?
Siapa yang tidak pernah mendengar merk mobil Mercedes Benz, BMW, VW, Audi, Porsche, Opel? Untuk Fattah yang penggila otomotif, nama-nama ini seperti musik di telinganya. Adidas dan Puma? Di dunia olahraga nama-nama ini tidak diragukan lagi. Bagaimana dengan perusahaan kimia Bayer? Perusahaan perangkat lunak SAP? Siemens yang memproduksi peralatan berat, peralatan kesehatan, juga mesin cuci? Aku sendiri pernah lebih dari 10 tahun mengajar  bahasa Inggris di vocational school milik Siemens Indonesia Cilegon Factory di Cilegon dan selama itu kurang lebih tahu bagaimana etos kerja orang Jerman. Lalu dari salah satu slide webinar ini, siapa penemu sinar X? Obat Aspirin? Pasta gigi? Televisi? MP3? Airbag? Jawabannya: Wilhelm Röntgen, Felix Hoffman, Ottomar Heinsius von Mayenburg, Manfred von Ardenne, Karlheinz Brandenburg, dan Walter Linderer; dan ya, mereka semua orang Jerman.
Web DAAD Indonesia
Webinar DAAD
Karena keberjayaan Jerman di bidang teknologi dan biaya pendidikan tinggi yang cukup terjangkau, kami ingin sekali Fattah bisa sekolah di sana. Karenanya waktu melihat di akun Instagram DAAD akan ada webinar "How to Prepare Your Bachelor Studies in Germany?" pada hari Sabtu, 3 Maret 2018, maka aku minta Ican dan Fattah untuk mendaftar agar dapat menyimak bersama. Jadilah untuk pertama kalinya kami ikut webinar dari Dinas Pertukaran Akademis Jerman, German Academic Exchange Service, atau singkatan bahasa Jermannya adalah DAAD, Deutscher Akademischer Austauschdienst dari kantor pusatnya di Jakarta. Kami bertiga pernah datang langsung ke kantor DAAD di Jakarta, dan kunjungan itu pernah kutulis di sini. Kami semangat ikut webinar ini karena judulnya jenjang "bachelor" sebab memang itu tujuan kami. Webinar dimoderatori oleh bapak Ivan Annusyirvan, dan pemateri adalah ibu Olivia J. Sopacua; dua orang itu dari DAAD Jakarta. Satu orang pemateri lagi adalah bapak Dr. Ekkehard Zeeb, Direktur Akademis Studienkolleg Indonesia.

Setelah dibuka oleh pak Ivan, pemateri pertama adalah Ibu Olivia yang bercerita tentang letak geografi negara Jerman,  bagaimana topografinya, berapa penduduknya, dari negara mana saja imigran terbesarnya, bagaimana cuacanya, ragam budaya dan agamanya, lalu beberapa nama perusahaan Jerman yang sudah tidak asing lagi di tanahair seperti yang disebut di atas. Fakta ini tentu saja menarik sekali bagi Fattah. Kemudian slide berlanjut dengan pemaparan fakta berapa jumlah dan dari mana saja mahasiswa asing di Jerman dan berapa persen kenaikan jumlah mahasiswa Jerman dari tahun ke tahun. Dilanjutkan dengan beberapa penemuan yang dilakukan oleh orang-orang Jerman seperti yang kutulis di atas, dan pemenang Hadiah Nobel asal Jerman dari berbagai bidang seperti kimia, literatur, fisika, kedokteran, ekonomi, dan lain-lain seperti menyadarkan Fattah bahwa Jerman adalah pilihan yang tepat!

Berikutnya ibu Olivia memperkenalan apakah DAAD itu, sumber keuangannya, dan jaringannya ada di mana saja. DAAD adalah organisasi independen yang terbentuk dari beberapa perguruan tinggi, berkantor pusat di Bonn dengan anggota sebanyak 200an universitas dan institut penelitian, dan 105 badan mahasiswa. Ada sekitar 70,000 penerima beasiswa DAAD dari seluruh dunia setiap tahun, dan sayangnya sebagian besar beasiswa itu adalah program S2 dan S3. 

Sistem Pendidikan Tinggi di Jerman
Pendidikan di Jerman didasari oleh visi Humboldt tentang pendidikan yang berbunyi "Unity and freedom of research and instruction." Jerman memiliki banyak keberagaman institusi dan program yang memiliki standar mutu akademik yang tinggi. Ada 300,000 instruktur dan peneliti di  sekitar 420 institusi pendidikan tinggi di Jerman, dan di antaranya yang tertua ada di  kota-kota Heidelberg, Cologne, dan Erfrut yang setelah kucari webnya, didirikan tahun 1300-an atau di abad 14!

Institusi pendidikan tinggi di Jerman terbagi dalam 4 kelompok besar yaitu:

1. Universitas:
  • Berjumlah 115
  • Titik berat pada metodologi dan teori
  • Mahasiswa diperbolehkan memilih mata kuliah yang diminati
  • Tugas akhir didasarkan pada penelitian
  • Banyak pilihan jurusan
  • Jenjang: Bachelor (S1), Master (S2), Doktor (S3), Post Doktor, Diplom, Magister, dan ujian negara.
2. Universitas Terapan
  • Berjumlah 217
  • Orientasi praktek yang erat dengan dunia kerja
  • Berbentuk kelas yang mata kuliahnya ditentukan (fixed course groups)
  • Tugas akhir didasarkan pada praktik
  • Biasanya jurusan: Teknik, Bisnis Administrasi, Ilmu Sosial, Desain.
  • Jenjang: Bachelor (S1), Master (S2), dan Diplom (FH)
3. Sekolah Musik, Seni dan Film
  • Berjumlah 58
  • Titik berat pada praktek
  • Penerimaan mahasiswa seringkali berdasarkan portfolio dan tes bakat.
  • Jurusan bidang seni dan desain: Desain, Seni Grafis, Musik, Vokal, Penyutradaraan, dan lain-lain
  • Jenjang: Bachelor (S1), Master (S2), Doktor (S3), Diplom, dan dalam beberapa kasus ujian negara.
4. Universitas Swasta
  • Berjumlah 119
  • Sebagian besar beruap universitas terapan
  • Kelas kecil
  • Berhubungan erat ke bidang ekonomi
  • Orientasi internasional yang kuat
  • Biaya perkuliahan tinggi
  • Jenjang: Bachelor (S1), Master (S2), Doktor (S3).
  • Penting untuk diketahui calon mahasiswa: pastikan universitasnya diakui.

Jenjang umum seperti Bachelor (S1), Master (S2) dan doktor adalah jenjang pendidikan tinggi yang sering kita jumpai. Selain jenjang tersebut, Jerman juga memiliki jenjang tradisional yaitu: Diplom, Magister, Staatsexamen, dan Promotion.

Mau Belajar Bidang Apa Di Jerman?
Untuk penentuan jurusan studi, ada tiga situs yang disebut dalam webinar, tapi aku akan menulis 2 web saja karena web yang lain dalam bahasa Jerman. Selain dua web yang disebutkan di di webinar, ada web lain yang juga bisa dilihat sebagai pertimbangan penentuan studi.
  • Untuk Higher Education Oritentation, dimulai berkunjung ke di https://www.hochschulkompass.de/en/degree-programmes/choosing-a-programme.html. Mulai di sini dengan pertanyaan bidang perkuliahan apa yang mau dipelajari. Lalu ke sini tentang siapa yang bisa membantu calon mahasiswa mewujudkan mimpinya. Dalam hal bantuan, di Indonesia DAAD bisa jadi tempat bertanya. Aku pernah punya pengalaman menelepon dan mengirim email sebelum akhirnya datang sendiri untuk berkonsultasi, dan semuanya dilayani dengan baik.
  • Khusus untuk jurusan teknik, ada situs http://www.tu9.de/ yang merupakan web 9 universitas teknik yang unggul di Jerman, yaitu:
  1. RWTH Aachen University,
  2. TU Berlin,
  3. TU Braunschweig,
  4. TU Darmstadt,
  5. TU Dresden,
  6. Leibniz University Hannover,
  7. Karlsruhe Institute of Technology,
  8. TU Munich,
  9. University of Stuttgart.
Web tu9.de

Universitas no. 1 di atas, tentunya tidak asing lagi karena tokoh tanah air kita, presiden ke 3 Republik Indonesia, bapak Habibie pernah bersekolah di sana. Universitas ke dua, kami punya kerabat yang sedang kuliah di sana, sepupu Fattah! Yang menarik di web ini, ada Self Assessment International yang bisa dikerjakan di sini. Calon mahasiswa mendaftar dan mengerjakan soal-soal dengan topik bahasan: Knowledge of German Language, Motivation to study, Technical comprehension, Planning skills, Reasons for studying in Germany, Figure completion, Mathematics. Wah, seru sekali!


Self Assesment International yang bisa dicoba untuk yang ingin mengambil jurusan teknik



Apa Ijazah Yang Diminta Untuk Kuliah S1 di Jerman?
Ada tiga cara untuk kelulusan dari Indonesia yang bisa mendaftar program S1 di Jerman:
  1. Kelulusan UN
Bila pelamar memiliki ijazah SMA dan UAN (Ujian Akhir Nasional), maka kunjungi: 
Web DAAD
Web Anabin
Karena ijazah SMA dari Indonesia tidak dapat langsung dipakai untuk mendaftar ke universitas di Jerman, siswa Indonesia diwajibkan untuk mengikuti Studienkolleg selama dua semester -bisa diikuti di Jerman atau di Indonesia, dan lulus. Berikut adalah denah yang harus ditempuh calon mahasiswa dengan ijazah SMA dan UAN (Ujian Akhir Nasional) yang akan melanjutkan pendidikan S1 di Jerman. Tentang Studienkolleg webinar oleh Pak Dr. Ekkehard Zeeb, Direktur Akademis Studienkolleg Indonesia akan aku tulis di tulisan lain. 
Gambar dari sini

2. Kelulusan IB (International Baccalaureate)

3. Kelulusan A-Level

Syarat Lain Untuk Kuliah di Jerman

Biaya Perkuliahan

Kerja Paruh Waktu Sambil Kuliah
Mahasiswa dari negara non-European Union (EU) diperbolehkan kerja sambilan tanpa ijin kerja selama 120 hari penuh, atau 240 hari untuk setengah hari. Pekerjaan sebagai tutor di perguran tinggi atau asisten peneliti, durasi kerja sambilan dapat lebih lama.

Karir Setelah Studi
  • Siswa dari negara non-EU diperbolehkan tinggal di Jerman maksimal 18 bulan setelah lulus untuk mencari kerja.
  • Blue Card Germany membuat pasar kerja di Jerman menarik bagi lulusan asing.
  • Tentang perspektif kerja, ijin kerja, tinggal di Jerman, dan lain-lain, bisa dilihat di  http://www.make-it-in-germany.com/en

Menanti Webinar Lanjutan
Demikian shareku tentang webinar yang kami ikuti. Tidak sabar untuk mengikuti Webinar Series "Study in Germany" selanjutnya yang dilaksanakan tiga hari, tanggal 20 - 22 Maret mendatang. Webinar ini diikuti oleh banyak pemateri yang bahkan ada yang dilakukan langsung oleh universitas-universitas di Jerman. Bersemangat sekali! Aku sudah daftar untuk tiga hari tersebut. Mestakung semoga bisa mengikutinya dengan baik. Amin.

Webinar Series "Study in Germany"

Comments

Popular Posts