Ditinggal Fattah 5 Hari 4 Malam Ikut Eksplorasi 4 Pulau: Pulau Karya, Pulau Untung Jawa, Pulau Pramuka, dan Pulau Rambut Bulan Juli 2018

Foto: Kak Shanty
Fattah adalah anak kami yang ketiga, anak bungsu kami. Karena sudah 14 tahun jalan 15 tahun, ini bukan pertama kalinya saya dan Ican suami saya, ditinggal Fattah baik bermalam di rumah kerabat, teman, ikut kemping atau ikut eksplorasi atau ekspedisi, atau apa pun namanya, yang pergi dengan teman-teman Pramuka Penggalang Klub Oase. Kegiatan itu adalah kegiatan rutin dan merupakan kegiatan penutupan Pramuka Penggalang Oase setelah menjalani aktivitas selama satu semester. Perjalanan Eksplorasi 4 Pulau ini adalah perjalanan yang ke tiga kalinya sejak kegiatan penutupan Pramuka Penggalang Klub Oase mulai diadakan:
  • 2016 ke Magelang dan Yogyakarta, ditulis Fattah di sini.
  • 2017 ke Pulau Harapan di Kepulauan Seribu, ditulis Fattah di sini
    Di Pelabuhan Sunda Kelapa Jalang Berangkat Eksplorasi Pulau Harapan 2017
  • 2018 ke 4 Pulau: Pulau Karya, Pulau Untung Jawa, Pulau Pramuka, dan Pulau Rambut, ditulis Fattah di sini.
Apa sih kegiatan penutupan Pramuka Penggalang Klub Oase ini? Di ajang eksplorasi ini, anak-anak Penggalang Klub Oase dapat mempraktekkan kemampuan yang dilatih selama satu semester yang telah diminta oleh kakak-kakak pembina Pramuka Penggalang. Di eksplorasi 2018 kali ini kemampuan-kemampuan yang diminta antara lain:
  • memasak nasi tanpa penanak nasi listrik,
  • memasak tiga macam menu masakan,
  • makan makanan mentah,
  • rutin berolahraga minimum 30 menit sehari empat kali seminggu,
  • menulis dan menggambar dalam pembuatan jurnal alam,
  • melatih tali temali,
  • kegiatan minim sampah.
Itu saja yang saya ingat. Selain kemampuan tersebut di atas, eksplorasi ini wajib dilakukan dengan naik kendaraan umum, dan anak-anak Penggalang tidak diperkenankan membawa gawai kecuali kalau output yang akan dihasilkan akan melibatkan bahan yang akan diolah melalui gawai yang dibawa. Misalnya akan membuat film pendek dari video atau foto yang dihasilkan dari kamera yang dibawa. Untuk itu, anak yang akan membawa kamera harus membuat proposal kepada kakak pembimbing agar permintaan membawa gawai disetujui.

Di KM Sabuk Nusantara 66 saat berangkat.
Foto: Ketty Darmadjaja
Anak-anak Pramuka Penggalang Oase memulai petualangan 4 pulau pada hari Senin, 16 Juli 2018. Mereka pergi ke Pulau Karya naik KM Sabuk Nusantara 66 yang merupakan bagian dari Tol Laut yang menyatukan Indonesia via laut. Mereka akan berangkat dari dermaga Sunda Kelapa di sebelah utara Jakarta.

Nobar Film Class Dismissed
Foto: Nareswari
Kami tinggal di Cilegon, Banten. Demi efisiensi waktu, tenaga, dan biaya, karena hari Sabtu, 14 Juli 2018 saya mengisi acara di kegiatan nonton bareng tentang film homeschooling berjudul Class Dismissed dengan Komunitas Homeschooling Pancar di Studio Sang Akar Tebet dalam rangka fund raising kegiatan Sukacita Belajar; lalu hari Minggu 15 Juli 2018 saya sudah keburu mendaftar pada kegiatan Seminar Ketofastosis di Serang, maka hari Sabtu itu kami pergi ke Jakarta untuk banyak kegiatan sekaligus. Kebetulan Fattah Sabtu itu juga ingin menghadiri acara BEKRAF Game Prime 2018 di Balai Kartini, Jakarta,  lalu karena sekalian meninggalkan Cilegon dipakai Ican dan Fari, abangnya Fattah untuk membawa sedikit barang-barang ke calon rumah kami di Bogor, dan sorenya Ican akan pergi ke Padang untuk suatu keperluan dan berangkat dari bandara Halim Perdanakusuma, jadilah kepergian Sabtu itu seperti sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Saya sudah mengontak Kak Shanty Syahril, pembina Pramuka Penggalang Oase, meminta ijinnya untuk Fattah bernginap dua malam di rumahnya. Kaysan, anak kak Shanty adalah salah satu peserta Eksplorasi 4 Pulau juga.
Conscious Parenting Pramuka Oase
Foto: Kak Shanty
Untuk kepentingan menginap dua malam dan Eksplorasi 4 Pulau itu, pada hari Rabu, 11 Juli 2018, di saat kegiatan Pramuka Oase Sesi Parenting Conscious Parenting oleh ibu Naindra Pramudita di rumah kak Shanty, kami sudah membawa 2 buah ransel; satu buat Sabtu - Senin, satu ransel besar untuk Eksplorasi 4 Pulau. Kami sengaja membawa hari Rabu itu supaya hari Sabtunya Fattah tidak perlu bawa banyak barang naik kendaraan umum sepulang dari nonton Bekraf Game Prima 2018. Betul-betul minggu yang padat dengan banyak sekali rencana, semua atas nama efisiensi.


Seminar Ketofastosis Serang
Nyaris tidak dapat apa-apa!
Semua seperti berjalan sesuai rencana sampai di hari Minggu, 15 Juli 2018 di tengah seminar Ketofastosis yang saya hadiri tiba-tiba datang whatsapp dari Fattah bahwa dia  merasa kantong tempat charger hapenya yang berisi headset tertinggal di Studio Sang Akar Tebet! Parahnya, di dalam kantong itu tersimpan uang kelompoknya, Kelompok Anjing Laut di mana Fattah adalah ketua kelompok, yang jumlahnya Rp.400,000 yang disimpan olehnya! Deg, begitu hati saya! Langsung tidak lagi konsentrasi pada seminar yang sedang saya ikuti. Intensitas komunikasi via wa dengan Fattah meningkat. Ketinggalan di studion umum yang saat Sabtu itu penuh orang bukan saja dari komunitas yang saya kenal, juga orang-orang yang datang sesudahnya untuk berkegiatan di sana; apakah kantong itu, -yang bentuknya transparan sehingga orang dengan mudah melihat apa isinya, masih ada? Begitu pikir saya. Saya pun langsung menghubungi kak Shanty via wa untuk menceritakan kejadian yang ada. Saya juga bertanya pada teman dari Komunitas Homeschooling Pancar menanyakan penanggung jawab Studio Sang Akar, dan akhirnya dapat berkomunikasi dengan Dona Piran dari Studio Sang Akar.

Kantong charger yang tertinggal di Studio Sang Akar
Foto: Dona Piran
Hari itu hari Minggu dan saya asumsikan Dona tidak berada di studio. Benar saja dari komunikasi memang Dona tidak di kantor dan dia akan menanyakan orang di studio. Beberapa saat kemudian, Dona mengabarkan bahwa kantong hape Fattah ada. Saya belum lega sampai menanyakan apakah uangnya ada? Saya katakan pada Dona bahwa itu adalah uang kelompok Pramuka yang Fattah pegang. Cemas rasanya menunggu jawaban. Akhirnya Dona menjawab bahwa uangnya ada. Saya tanya lagi berapa jumlahnya, dan dijawab Dona jumlahnya Rp.425,000! Fiuh, lega! Masih utuh! Saya bahkan lupa bahwa ada lagi Rp.25,000 yang merupakan uang pribadi Fattah! Saya merasa beruntung masih ada orang baik dan masih rejeki kami. Saya kabari kak Shanty tentang kabar gembira ini. Kak Shanty sudah siap meminjamkan Rp.400,000 selama kegiatan Eksplorasi! Dona bahkan mentransfer dana tersebut ke rekening saya karena dia kuatir kalau dikirim ekspedisi, sehingga yang dikirim pakai ekspedisi itu hanya kantong chargernya saja. Syukurlah drama berakhir dengan manis. Lega walau seminar Ketofastosis hanya dapat saya ikuti kurang dari setengah jalan. Tak apalah. 
Peserta Eksplorasi di depan Mess BKSDA
Pulau Untung Jawa
Foto: Kak Ali
Waktu Eksplorasi pun tibalah. Dari dini hari di hari Senin, 16 Juli, komunikasi di wag Ortu Eksplorasi 2018 menjadi hal yang ditunggu-tunggu para ortu yang putra putrinya berangkat. Ada 17 anak semuanya, 9 putri dan 8 putra. Pendamping Pramuka Penggalang yang ikut ada empat orang: Kak Shanty, Kak Lala, Kak Opal, Kak Ali; lalu di Pulau Karya, Kak Lala pulang, digantikan oleh Kak Meli. Nama regu anak-anak Pramuka Penggalang adalah:
  • Regu Garam Laut, ketua: Kaysan, anggota: Ali, Fakhri, Syauqi.
  • Regu Anjing Laut, ketua: Fattah, anggota: Alevko, Hiban, Tre.
  • Regu Putri Duyung, ketua: Michelle, anggota: Adinda, Katya, Tata.
  • Regu  Duplob, ketua: Ratri, anggota: Andini, Anja, Ceca, Trisha.
Masih gelap di luar, kereta masih sepi.
Foto: Kak Shanty
Fattah berangkat dari Stasiun Buaran bersama Kak Shanty dan Kaysan karena rumah mereka dekat stasiun itu. Di sana Alevko datang untuk bergabung. Masih jam 5 pagi saat itu dan beberapa masih mengantuk. Ada yang diantar sampai Pelabuhan Sunda Kelapa, dan beragam pengaturan lain. Tapi semua semangat karena petualanganan baru akan segera dimulai. 

Orangtua yang mengantar dan kakak-kakak pembina Pramuka mengirimkan foto-foto jelang keberangkatan anak-anak Pramuka Penggalang. Selama Ekplorasi kiriman foto-foto itulah yang kami para orangtua tunggu. Di hari pertama itu, orangtua mendapat jatah menelepon anak dan mereka bisa dihubungi mulai jam 19 sampai jam 19.30. Fattah dapat dihubungi di hape Kak Lala. Para orangtua mendapat jatah 3 menit. Sebelum berangkat Fattah berpesan bahwa dia ditelepon oke, tidak pun tidak mengapa. Wah, saya sih tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Masa' tidak mau menelepon!

Kacang Tojin Ruku-Ruku
Masakan rumah kami
Jadwal Eksplorasi ini dapat dilihat di blog yang ditulis kak Shanty di sini. Untuk misi Eksplorasi 4 Pulau ini, di sebagian harinya, anak-anak Pramuka Penggalang Oase diwajibkan untuk memasak. Tapi tiga hari pertama, anak-anak itu dimanjakan dengan fasilitas dari katering. Ada ketentuan yang diberikan oleh kakak-kakak pembina tentang makanan yang boleh dibawa di Eksplorasi ini: makanan atau masakannya harus buatan rumah dan si anak ikut membantu proses pembuatannya. Fattah membawa 2 makanan dari rumah karena masakan tersebut memenuhi kriteria yang ditentukan kakak pembina di atas. Masakan buatan rumah itu adalah: rendang hitam untuk lauk makan, dan kacang tojin sebagai camilan. 

Rendang Hitam
Masakan rumah kami
Cerita dan foto-foto datang silih berganti. Ada cerita regu Fattah kehilangan ikan Bentong karena digondol kucing hanya beberapa menit setelah dibeli. Ada cerita regu yang persediaan gasnya sudah menipis. Ada juga cerita mahirnya Alevko memasak nasi dengan cara liwet! Ada cerita Ali yang membawa cumi asin dan memasaknya di tenda, dan wanginya membangunkan mereka yang masih tidur. Fattah juga cerita bahwa rendang, yang memang dirancang untuk dua kali makan itu, diminta bumbunya oleh teman-teman dari regu lain karena dagingnya untuk konsumsi anggota regu Anjing Laut.

Untuk komunikasi dengan anak-anak, para orangtua mendapat jatah menelepon dua kali selama Eksplorasi ini. Yang pertama dilakukan di hari pertama. Dan yang ke dua dilakukan di hari ketiga. Untuk telepon kali kedua, kesempatan saya berikan pada bapaknya Fattah yang sedang di Sumatra Barat sana. Setelah beberapa hari saya pun tidak dapat menghubungi Ican karena berada di kampung yang susah koneksi selularnya, hari di mana jatah menelepon kedua itu akhirnya Ican sudah kembali ke Padang yang ramah pada koneksi selular. Jadilah kali itu Fattah mendapat telepon dari bapaknya agar ia lengkap mendapat telepon dari ibu lalu dari bapak. 

Di Dermaga Pulau Karya
Foto: Kak Shanty
Jumat, 20 Juli 2018 adalah hari berakhirnya Eksplorasi 4 Pulau. Hari itu jam 8 pagi anak-anak sudah siap di Pulau Karya untuk kembali ke Jakarta. 
Karena tidak ada jadwal KM Sabuk Nusantara 66 di hari itu, mereka pulang naik kapal kayu Dolphin Express. Menurut Fattah, perjalanan ditempuh dalam waktu 2,5 jam dan tiba di Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke jam 10.30. Kali itu Fattah dijemput saya, dan dua kakak Fattah: Fari dan Amira. Gosong kulit anak-anak semua. Terlihat letih tapi tetap cerita. Kata Fattah, hanya Hiban yang sudah mandi. Selain Hiban, termasuk kakak-kakak pembina, semua anak belum mandi yang sepertinya tidak terlalu penting di sana. Salah satu petualangan bersama teman-teman Pramuka Penggalang Klub Oase dan kakak pembina pun usai. Kesan Fattah: "The best exploration so far." Sampai jumpa di eksplorasi-eksplorasi berikutnya. Terima kasih yang tak terhingga kepada para kakak pembina. Love.

Di Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke
Sebagian besar menunggu Trans Jakarta menuju Stasiun Kota.

Comments

Popular Posts